Pengalaman pertama kali cabut gigi

 

 

Semasa 23 tahun hidup gue, baru pertama kali ini gue pergi ke dokter gigi. Jadi  gue di sini  mau cerita ke kalian tentang Pengalaman pertama kali cabut gigi .

Gue tuh males banget yang namanya pergi ke dokter, entah dokter apapun itu. Dokter umum, dokter penyakit dalam, dokter gigi, atau dokter-dokter yang lain. Sebisa mungkin gue hindarin, deh. Tapi kali ini gue sama sekali nggak bisa.

Ceritanya dimulai pada hari minggu pagi. Eh, enggak-enggak. Cerita dimulai dari sejak gue SMA. Dari SMA itu gue sering banget sakit gigi, tapi males buat ke dokter. Jadi, ya, ujung-ujungnya gue cuma makan painkiller sama antibiotik doang. 

Padahal satu per satu gigi gue mulai retak pas lulus SMA, dan seiring berjalannya waktu, yang retak tadi pada patah akhirnya lepas ninggalin sisa akar giginya. Gue, sih cuek aja. Kalau sakit, ya, tinggal minum obat.

Tapi, pas hari minggu kemaren, gue ngerasa aneh soalnya gigi gue ada rasa yang nggak biasa gitu. Gue lihatlah di cermin. Dan gue kaget, dong, gusi gigi gue yang tinggal akarnya itu bengkak dan ada nanahnya, lumayan banyak juga. Gue langsung panik. Ujung-ujungnya dr.Google bekerja.

Setelah membaca beberapa artikel, bukannya gue tenang, malah makin parno. Karena katanya kalau sampai muncul nanah itu tandanya sudah terjadi infeksi di dalam gusinya, kalau dibiarkan terus nanti bisa-bisa kita kena sinusitis, dikarenakan infeksinya udah menyebar.

Akhirnya malamnya gue memutuskan supaya besok gue HARUS pergi ke dokter gigi.

Besoknya, setelah semalaman mencari-cari klinik gigi yang bagus di daerah gue, berangkatlah gue paginya. Gue sampainya  jam setengah 10 pagi, namun sialnya, banyak  yang antri. jadwal prakteknya hanya buka sampai jam 12 tapi buka lagi jam 4 sore. Setelah beberapa saat gue pertimbangkan, gue akhirnya pulang karena yang antri lumayan banyak, ada mungkin 5 sampai 6. Lagian gue bisa balik lagi sorenya.

Alasan sebenarnya bukan itu, sih. Gue takut, euy.

Sorenya, gue berangkat lebih awal, karena takut keduluan sama orang lain lagi. Di jalan, pikiran jahanam gue masih aja teriak-teriak nyuruh balik. Tapi karena sudah memantapkan hati, dan takut kena yang lebih parah, gue akhirnya lanjut aja.

Pas udah  sampai, ternyata kliniknya sepi. Gue masuk ke ruangan, yang langsung disambut sama dokternya, jantung gue langsung berdebar kencang,dong, tapi bukan karena suka sama dokternya tapi karena takut. Gue di suruh duduk lalu--

"Ada yang bisa dibantu, Mas?" Si dokter nanya.

Kill me now, Dok "Kemaren gigi saya bengkak, terus ada nanahnya gitu" Gue berusaha santai.

"Oh, coba tak cek dulu" pak dokter langsung ngeluarin 'kaca mulut' dari kantong jasnya.

Otomatis gue langsung membuka mulut lebar-lebar. Setelah selesai diperiksa pak dokter langsung duduk kembali. dan "Itu dicabut aja, Mas" Deg!!! Gue berasa kayak dengar vonis hukuman mati. Tangan gue langsung keluar keringat dingin.

Gue diminta untuk pindah ke dental chair, kalian tau, kan, kursi yang biasanya tempat dokter mengeksekusi pasien-pasiennya itu. gue langsung sandaran di kursinya, yang ternyata lumayan nyaman. Dibelakang, gue bisa denger, klatak-klutuk, pak dokter nyiapin alat-alatnya.

Pas pak dokter muncul sambil memegang jarum suntik, Gue tuh langsung kayak oke, im outta here, gue pun langsung beranjak pergi dari tempat terkutuk itu meninggalkan dokternya yang keheranan. Itu yang mau gue lakukan. Tapi nggak bisa. Gue tetap diam di tempat, dan menatap horror jarum suntik sialan itu.

Pak dokter kembali meminta gue membuka mulut. Shit, I can do this, I can do this, I HAVE to do this. Perlahan suntinya dimasukan ke dalam mulut gue perlahan-lahan dan akhirnya, Oh my God I can't do this. Gue refleks cubit tangan gue, karena kalau nggak gue bisa tersentak dari kursi.

Untuk skala sakitnya sendiri sebenarnya nggak terlalu sakit, mungkin kalau dari 1 sampai 5, gue bisa bilang 2, lah. Tapi setiap orang punya pain tolerance nya masing-masing. Gue kaget karena baru itu ngerasain ada benda asing yang nembus gusi gue. Rasanya langsung, nyuussss, gitu.

Gue disuntik sekitar 3 sampai 4 kali. Tapi setelah suntikan pertama, suntikan selanjutnya nggak terlalu berasa, bahkan yang keempat nggak ada rasanya sama sekali. Pak dokter nyuruh gue nunggu sekitar dua menit, mungkin supaya kasih waktu biusnya nyebar dulu.

Setelah dua menit berlalu, mulut gue langsung kebas dan mati rasa gitu. Lalu sudah waktunya pak dokter mencabut gigi gue.

Jujur, saat prosesnya sendiri gue nggak bisa merasakan apa-apa, walaupun sepertinya pak dokter aga kesulitan, karena yang dicabut itu tinggal akarnya saja. Jadi yang gue lakukan hanyalah berusaha mengalihkan pandangan gue, karena rasanya agak awkward gitu kalau menatap ke mata pak dokter nya.

Prosesnya, pun, ternyata cukup cepat. Thank God. Setelah selesai gue disuruh kumur-kumur, tapi nggak boleh terlalu kuat. Langkah terakhir adalah gue diminta buat gigit kapas yang dimasukan ke lubang bekas gigi gue dicabut, gue nggak tau fungsinya apa, katanya dibuang setelah 20 menit.

Kembali ke meja administrasi, sampai di sini gue masih belum merasakan apapun. Gue dikasih dua macam obat, yang kata pak dokter diminum hanya saat merasa sakit saja. Gue cuma ngangguk-ngangguk , karena untuk ngomong aja susah, saking kebasnya mulut gue.

Pak dokter juga bilang kalau berkumur jangan sampai terlalu kuat, karena bisa menganggu proses pembekuan darah pada gusi yang luka setelah dicabut. Selanjutnya gue cuma disuruh buat pergi kontrol lagi minggu depannya. Gue, pun, langsung pulang.

Apa ada rasa sakit setelah efek biusnya hilang?. Gue sendiri belum tahu, karena gue nulis ini post baru tiga jam setelah pencabutan. Tapi semoga aja jangan sampai ada rasa sakit.

Untuk kalian, kalau sadar gigi kalian ada yang berlubang, mending langsung aja ke dokter gigi. Mungkin penangannya bisa lebih sederhana. Bisa jadi cuma ditambal. Jangan kayak gue ngebiarain gigi berlubang bertahun-tahun dan menahan sakit gigi yang sering banget kumat. 

Lebih baik sakit sebentar daripada nahan sakit menahun.

Jadi, itu dia cerita Pengalaman pertama kali cabut gigi gue. Kalau kalian gimana? Punya pengalaman seru juga pas pertama kali cabut gigi?

Comments

Post a Comment